Minggu, 03 Januari 2016

Kalau Tahu Sesuatu Cuma Setengah Setengah, Mending Diem Deh!

         
          Sebel ga sih punya teman yang sotoy? atau ketemu sama orang yang baru kenal tapi sok - sok an nasehatin kita? pasti sebel kan?! Tapi sabar..
          Pada dasarnya setiap manusia diberi 'Gift' oleh Tuhan berupa kemampuan dalam berkomunikasi, baik oral maupun bahasa tubuh/gerakan. Hal yang membedakan cara berkomunikasi dari seseorang dengan orang lain sebenarnya adalah pengetahuan. Pengetahuan inilah yang membuat seseorang terlihat pandai dan menyenangkan saat diajak berbicara, atau malah membuat kita bete'. Kok bisa sih? Bisa dong, karena pengetahuan ga bisa bohong.
          Pernah suatu kali saya membaca sebuah buku berjudul "Half Full, Half Empty" Karya Parlindungan Marpaung. Dalam buku ini diceritakan tentang pandangan seseorang pada sebuah gelas yang berisi air. Beberapa orang berkata kalau gelas tersebut dalam kondisi 1/2 penuh, dan sebagian lagi bilang 1/2 kosong. Dilihat dari konteks kalimat, tidak ada yang salah pada keduanya. Namun penulis bisa melihat tipe seseorang dari cara seseorang melihat gelas tadi. Simpelnya, orang yang berkata 1/2 penuh = orang optimis, dan yang berkata 1/2 kosong = orang pesimis.
          Berbasis dari buku tersebut, Saya membuat ramuan sendiri,

" 1/2 isi, 1/2 kosong. [Kalau setengah isi, jangan banyak omong - Kalau 1/2 kosong Ayo dengarkan yang ngomong.] " - Pandunuge

         Berkaca pada kutipan di awal tadi, sebenarnya pada saat kita berbicara, kita sedang mengiklankan diri sendiri. Orang akan membaca diri kita seperti apa sebenarnya. Nah, ramuan tadi mengingatkan kepada kita, siapapun itu, ketika memiliki pengetahuan hanya setengah saja atau cuma tahu sedikit, sebaiknya jangan banyak omong. Maksudnya adalah jangan sok tahu! Mendingan bilang saja kalau memang tidak tahu, siapa tahu teman yang kita ajak ngobrol ngasih tahu kita. Nambah deh pengetahuan kita!
         Satu lagi, Kalau kita dalam keadaan setengah kosong alias dasarnya emang gatau, sebaiknya banyak mendengarkan orang yang ngajak ngomong. Selain nambah pengetahuan, kamu juga bisa tahu kebiasaan orang tersebut apa. Well, mendengarkan orang sedang membahas sesuatu yang ga kita tahu menyenangkan lho! Kamu juga bisa bertanya tentang hal tersebut kalau kamu kepo!

Anyway, Pernah dengar pepatah dibawah ini ?

          "Orang besar akan membicarakan gagasan dan ide-ide, orang biasa akan membicarakan peristiwa, dan orang rendah hanya bisa membicarakan orang lain."

          Jika pernah, mungkin ini bisa jadi bahan refleksimu. Belajar mendengarkan orang lain itu menyenangkan, karena kita mendapatkan banyak hal. Semoga tulisan ini bisa jadi motivasi kamu untuk lebih baik di tahun baru 2016 ini. Salam Geminian!

Rabu, 25 November 2015

Kisah Asa Seorang Guru

Kisah inspiraatif

Tentang rasa syukur dan ucapan terima kasih  seorang murid kepada guru.

========

Pak Hamid duduk termangu. Dipandanginya benda-benda yang berjajar di depannya dengan masygul.
Bertahun-tahun dimilikinya dengan penuh kebanggaan. Dirawat dengan baik hingga selalu bersih dan mengkilap.
Jika ada orang yang bertanya, Pak Hamid akan bercerita dengan penuh kebanggaan.

Siapa yang tidak bangga memiliki benda-benda itu?
Berbagai plakat penghar gaan yang diterimanya selama 35 tahun pengabdiannya sebagai guru di daerah terpencil.
Daerah terisolasi yang tidak diminati oleh guru-guru yang lain.
Namun Pak Hamid ikhlas menjalaninya, walau dengan gaji yang tersendat dan minimnya fasilitas sekolah.
Cinta Pak Hamid pada anak-anak kecil yang bertelanjang kaki dan rela berjalan jauh untuk mencari ilmu, mampu menutup keinginannya untuk pindah ke daerah lain yang lebih nyaman.

Kini masa itu sudah lewat.
Masa pengabdiannya usai sudah pada usianya yang keenam puluh.
Meskipun berat hati, Pak Hamid harus meninggalkan desa itu beserta keluarganya. Mereka tinggal di rumah peninggalan mertuanya di pinggir kota.
Jauh dari anak didik yang dicintainya, jauh dari jalan tanah, sejuknya udara dan beningnya air yang selama ini menjadi nafas hidupnya.

“Hei, jualan jangan sambil melamun!” teriak pedagang kaos kaki di sebelahnya. Pak Hamid tergagap.
“Tawarkan jualanmu itu pada orang yang lewat.
Kalau kamu diam saja, sampek elek ra bakalan payu!” (sampai butut gak akan laku) kata pedagang akik di sebelahnya.

“Jualanmu itu menurutku agak aneh,” ujar pedagang kaos kaki lagi. “Apa ada yang mau beli barang-barang seperti itu ?
Mungkin kamu mesti berjualan di tempat barang antik.
Bukan di kaki lima seperti ini”.

Pak Hamid tak menjawab.
Itu pula yang sedang dipikirkannya.
Siapa yang tertarik untuk membeli plakat-plakat itu?
Bukanlah benda-benda itu tidak ada gunanya bagi orang lain, sekalipun sangat berarti baginya ?

“Sebenarnya kenapa sampai kau jual tanda penghargaan itu ?” tanya pedagang akik.“Saya butuh uang.”
“Apa isteri atau anakmu sedang sakit ?”

“Tidak. Anak bungsuku hendak masuk SMU. Saya butuh uang untuk membayar uang pangkalnya.”
“Kenapa tidak ngutang dulu. Siapa tahu ada yang bisa membantumu.”“Sudah. Sudah kucoba kesana-kemari, namun tak kuperoleh juga.”
“Hei, bukankah kau punya gaji...eh... pensiun maksudku.”

“Habis buat nyicil motor untuk ngojek si sulung dan buat makan sehari-hari.”

Penjual akik terdiam. Mungkin merasa maklum, sesama orang kecil yang mencoba bertahan hidup di kota dengan berjualan di kaki lima .

“Kau yakin jualanmu itu akan laku?”penjual kaos kaki bertanya lagi setelah beberapa saat. Matanya menyiratkan iba.

“Insya Allah. Jika Allah menghendaki aku memperoleh rejeki, maka tak ada yang dapat menghalanginya.”

Siang yang panas. Terik matahari tidak mengurangi hilir mudik orang-orang yang berjalan di kaki lima itu. Beberapa orang berhenti, melihat-lihat akik dan satu dua orang membelinya. Penjual akik begitu bersemangat merayu pembeli. Rejeki tampaknya lebih berpihak pada penjual kaos kaki. Lebih dari dua puluh pasang kaos kaki terjual. Sedangkan jualan Pak Hamid, tak satupun yang meliriknya.

Keringat membasahi tubuh Pak Hamid yang mulai renta dimakan usia. Sekali lagi dipandanginya plakat-plakat itu. Kegetiran membuncah dalam dadanya. Berbagai penghargaan itu ternyata tak menghidupinya. Penghargaan itu hanya sebatas penghargaan sesaat yang kini hanya tinggal sebuah benda tak berharga.

Sebuah ironi yang sangat pedih. Tak terbayangkan sebelumnya. Predikatnya sebagai guru teladan bertahun yang lalu, tak sanggup menghantarkan anaknya memasuki sekolah SMU. Sekolah untuk menghantarkan anaknya menggapai cita-cita, yang dulu selalu dipompakan ke anak-anak didiknya.

Saat kegetiran dan keputusasaan masih meliputinya, Pak Hamid dikejutkan oleh sebuah suara.
“Bapak hendak menjual plakat-plakat ini?” seorang lelaki muda perlente berjongkok sambil mengamati jualan Pak Hamid. Melihat baju yang dikenakannnya dan mobil mewah yang ditumpanginya dengan supirnya, ia sepertinya lelaki berduit yang kaya raya.

Pak Hamid tiba-tiba berharap.
“Ya...ya..saya memang menjual plakat-plakat ini,” jawab Pak Hamid gugup.

“Berapa bapak jual setiap satuannya?”
Pak Hamid berfikir,”Berapa ya? Bodoh benar aku ini. Dari tadi belum terpikirkan olehku harganya.”
“Berapa, Pak?”

“Eee...tiga ratus ribu.”

“Jadi semuanya satu juta lima ratus. Boleh saya beli semuanya ?”

Hah?? Dibeli semua, tanpa ditawar lagi! Kenapa tidak kutawarkan dengan harga yang lebih tinggi? Pikir Pak Hamid sedikit menyesal. Tapi ia segera menepis sesalnya. Sudahlah, sudah untung bisa laku.

“Apa bapak punya yang lain. Tanda penghargaan yang lain misalnya ...”

Tanda penghargaan yang lain? Pak Hamid buru-buru mengeluarkan beberapa piagam dari tasnya yang lusuh. Piagam sebagai peserta penataran P4 terbaik, piagam guru matematika terbaik se kabupaten, bahkan piagam sebagai peserta Jambore dan lain-lain piagam yang sebenarnya tidak begitu berarti. Semuanya ada sepuluh buah.

“Bapak kasih harga berapa satu buahnya ?”

“Dua ratus ribu.” Hanya itu yang terlintas di kepalanya.

“Baik. Jadi semuanya seharga tiga juta lima ratus ribu. Bapak tunggu sebentar, saya akan ambil uang di bank sana itu.” kata lelaki perlente itu sambil menunjuk sebuah bank yang berdiri megah tak jauh dari situ.

“Ya...ya..saya tunggu.” kata Pak Hamid masih tak percaya.

Menit-menit yang berlalu sungguh menggelisahkan. Benarkah lelaki muda itu hendak membeli plakat-plakat dan berbagai tanda penghargaannya? Atau dia hanya penipu yang menggoda saja? Pak Hamid pasrah.

Tapi nyatanya, lelaki itu kembali juga akhirnya dengan sebuah amplop coklat di tangannya. Pak Hamid menghitung uang dalam amplop, lalu buru-buru membungkus plakat-plakat dan berbagai tanda penghargaan miliknya dengan kantong plastik, seakan-akan takut lelaki muda itu berubah pikiran.

Dipandangnya lelaki muda itu pergi dengan gembira bercampur sedih. Ada yang hilang dari dirinya. Kebanggaan atau mungkin juga harga dirinya. Pak Hamid kini melipat alas dagangannya dan segera beranjak meninggalkan tempat itu, meninggalkan pedagang akik dan kaos kaki yang terbengong-bengong. Entah apa yang mereka pikirkan. Namun, ia tak sempat berfikir soal mereka, pikirannya sendiri pun masih kurang dapat mempercayai apa yang baru saja terjadi.

“Lebih baik pulang jalan kaki saja. Mungkin sepanjang jalan aku bisa menata perasaanku. Sebaik mungkin. Aku tidak ingin istriku melihatku merasa kehilangan plakat-plakat itu. Aku tidak ingin ia melihatku menyesal telah menjualnya. Karena aku ingin anakku sekolah, aku ingin dia sekolah!” Pak Hamid bertutur panjang dalam hati.

Ia melangkah gontai menuju rumah. Separuh hatinya begitu gembira, akhirnya si bungsu dapat sekolah. Tiga setengah juta cukup untuk membiayai uang pangkal dan beberapa bulan SPP. Namun, separuh bagian hatinya yang lain menangis, kehilangan plakat-plakat itu, yang sekian tahun lamanya selalu menjadi kebanggaannya.
Jarak tiga kilometer dan waktu yang terbuang tak dipedulikannya. Sesampainya di rumah, istrinya menyambutnya dengan wajah khawatir.

“Ada apa, Pak? Apa yang terjadi denganmu? Tadi ada lelaki muda yang mencarimu. Dia memberikan bungkusan ini dan sebuah surat. Aku khawatir sampeyan ada masalah.”

Pak Hamid tertegun. Dilihatnya kantong plastik hitam di tangan istrinya. Sepertinya ia mengenali kantong itu. Dibukanya kantong itu dengan terburu-buru. Dan...plakat- plakat itu, tanda penghargaan itu ada di dalamnya! Semuanya! Tak ada yang berkurang satu bijipun! Apa artinya ini? Apakah lelaki itu berubah pikiran? Mungkin ia bermaksud mengembalikan semuanya. Atau mungkin harga yang diberikannya terlalu mahal.
Batin Pak Hamid bergejolak riuh. Segera dibukanya surat yang diangsurkan istrinya ke tangannya. Sehelai kartu nama terselip di dalam surat pendek itu.

"Pak Hamid yang saya cintai,Saya kembalikan plakat-plakat ini. Plakat-plakat ini bukan hanya berarti untuk Bapak, tapi juga buat kami semua, murid-murid Bapak. Kami bangga menjadi murid Bapak. Terima kasih atas semua jasa Bapak."
Suryo, lulusan tahun 76.

Tak ada kata-kata. Hanya derasnya air mata yang membasahi pipi Pak Hamid.

*******
Terima kasih tak terhingga untukmu guru-guruku ust2 ku (dosen-dosenku) tercinta..., jasamu sungguh tak ternilai bagi kami..... Semoga pahala terus mengalir kpdamu para guruku, ustadku (baik yg msh hidup maupun yg sdh tiada) sampai hari persidangan nanti di padang mahsyar krna engkau telah mengajarkan ilmu yang bermanfaat kpda kami.

Semoga bermanfaat.

Rabu, 28 Oktober 2015

Sumpah Pemuda - Mewarnai Untuk Indonesia Lebih Baik (2 - end)

          Cukup dulu lah saya membahas tentang Sumpah Pemuda. Jujur saja awalnya saya hanya ingin mengapresiasi hasil karya teman teman Komunitas "Tabrak Warna" Malang dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda.
          Kegiatan mewarnai bersama ini diselenggarakan oleh komunitas Tabrak Warna Pusat, dalam rangka memeriahkan hari Sumpah Pemuda. Memang sih, banyak hal yang bisa dilakukan untuk merayakan Sumpah Pemuda. Membaca beberapa artikel di media cetak dan online, ada yang merayakannya dengan membuat inovasi bahkan sampai ada yang berbuat anarki di depan gedung DPR-RI. Apapun itu, Tabrak Warna punya cara tersendiri, yaitu mewarnai pattern dan mendoakan agar Asap Kebakaran di beberapa daerah bisa cepat hilang.
          Untuk mengapresiasi yang sudah mewarna dengan tema : SUMPAH PEMUDA, berikut saya tampilkan beberapa hasil gambarnya.

IG : @Nyamyuri - Pasuruan
                                               

IG : @Crazyneraz

Pak Arie - Surabaya

IG : @arum.islami

IG : @chintyacorin


IG : @erzatifany

IG : @maydiast



IG : @Christa_armanda
IG : @hesti_ochan

 
IG : @pandunuge




IG : @asnaurs

          Terimakasih banyak untuk yang sudah ikut berpartisipasi mewarna untuk Indonesia lebih baik. Tetap rendah hati dalam mewarna, dan baik hati dalam mengajari yang lain. Salam Tabrak Warna :)

Sumpah Pemuda - Mewarnai Untuk Indonesia Lebih Baik (1)

       




           Setiap tanggal 28 Oktober, Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Hari dimana para pemuda pejuang Indonesia berjanji untuk melakukan perubahan yang baik untuk Indonesia. Mungkin banyak juga yang lupa isi dari Sumpah Pemuda (Lha wong pancasila aja banyak yang lupa), berikut saya bagi untuk anda.


SOEMPAH PEMOEDA

Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928

Sumber : Sumpah Pemuda


            Melihat konten sumpah pemuda ini terlihat simpel memang, tidak begitu sulit untuk dicerna maknanya. Membaca sekali saja pasti sudah mengerti arahnya mau kemana. Sebagai informasi saja ya, teks ini sebenarnya dicetuskan oleh Moehammad Yamin, dan ini merupakan keputusan Konggres Pemuda Kedua. Namun, setelah membaca keputusan Konggres Pemuda Kedua ini yakin masih bisa mempertahankan "berbangsa satu, bangsa Indonesia" atau "menjujung bahasa persatuan, bahasa Indonesia"? Coba kita lihat sejarah lagi.

I . Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia (?)
          Masih ingat kejadian saat Ibu Megawati melepas pulau Sipadan dan Ligitan? Bukan salah Ibu Megawati sepenuhnya sebetulnya, karena ini juga sudah maju ke Mahkamah Internasional namun kalah saat 16 dari 17 hakim mendukung Malaysia untuk kepemilikan 2 Pulau ini. Well, Say goodbye deh kita.. 

          Bahkan ada juga lho website yang menjelaskan beberapa pulau di Indonesia yang sudah Sold Out. Menurut website http://dreamindonesia.me/ ini dia pulau - pulau yang sudah terjual:
1. Pulau Galang Baru di Provinsi Riau (UNTUK PEMBUANGAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN DARI SINGAPURA)
2. Pulau Sebatik (UNTUK DIKEDUK DAN DIANGKAT PASIRNYA KE SINGAPURA)
3. Pulau Tatawa, NTT
4. Pulau Panjang, NTB
5. Pulau Meriah, NTB
6. Pulau Bawah, Natuna
7. Pulau Bengkoang, Jawa Tengah
8. Pulau Geleang, Jawa Tengah
9. Pulau Kembar, Jawa Tengah
10. Pulau Kumbang, Jawa Tengah
11. Pulau Katang, Jawa Tengah
12. Pulau Krakal Kecil, Jawa Tengah
13. Pulau Krakal Besar, Jawa Tengah

II . Menjunjung Bahasa, Bahasa Indonesia (?)

          Kalau yang satu ini saya tidak berkomentar banyak. Zaman berubah, kebiasan berubah, kemauan berubah, terkadang kesadaran pun berubah. Bangsa Internasional sekarang adalah Bahasa Inggris. Sempat juga mau dirubah menjadi bahasa mandarin, tapi entah, isu itu hanya lewat saya belum menggali lebih jauh tentang ini. (Jika anda memiliki informasi, kenapa bahasa Mandarin batal menjadi bahasa Internasional, monggo share ke saya by email atau komen).
          Berbicara mengenai bahasa sudah banyak orang yang ahli dalam berbagai macam bahasa. Orang yang ahli dalam berbagai macam bahasa disebut POLIGLOT. Di negara kita sendiri tidak ada larangan dalam belajar berbagai macam bahasa. Saya pun sedang suka bahasa Turki dan Thailand, karena menurut saya unik. Tapi setelah dipikir lagi, di Indonesia banyak bahasa yang bisa dipelajari, mungkin memang sebaiknya kita belajar bahasa daerah kita sendiri dulu sebelum belajar bahasa Asing. Setidaknya itu yang bisa kita lakukan untuk menjaga Bahasa "Indonesia" - Bukan sekadar bahasa Indonesia, tapi bahasa daerah yang ada di Indonesia.

          Disini saya sama sekali tidak ada maksud mengompori ataupun provokasi. Saya mengajak anda yang membaca blog saya ini berfikir, betul ga sih kita sudah membantu Indonesia lebih baik? atau masih memikirkan diri sendiri? Semua kembali ke anda masing masing mau menanggapi ini sebagai apa. Bagi saya, ini hanya reminder, agar saya lebih baik lagi ke depannya.

[Lanjut - Sumpah Pemuda - Mewarnai Untuk Indonesia Lebih Baik (2) ]

Jumat, 23 Oktober 2015

Ulang Tahun ke - 14 Kota Batu, Pemkot Batu Undang 3000 Penari Sanduk Malang Raya



          Jika mendengar sebuah kata “Perayaan” atau “Festival, apa yang ada di benak anda? Kembang api kah? performance band? atau Guest star? hmm,, pasti banyak macam hal yang anda pikirkan. Kenapa saya bertanya seperti ini? Karena saya akan membahas tentang sebuah perayaan. Perayaan Ulang Tahun ke – 14 Kota Wisata Batu – Jawa Timur. Cukup berbeda dengan tahun tahun sebelumnya, di tahun 2015 ini Pemerintah Kota Batu membuat serangkaian acara yang memang digelar untuk membahagiakan warga kota batu. Mulai dari Festival Band yang mengundang artis ibukota "The Virgin", bantengan, sampai pengajian pun ada semua! Namun, Ada satu acara dari serangkaian peringatan Hari Ulang Tahun kota Batu yang ke -14, yang membuat saya bersemangat untuk hadir di lokasi. Acara tersebut adalah Gebyar Tari Sanduk Malang Raya 2015.

                        Ibu Kathrina Dian - Ketua Umum Sanduk Batu (Baju Merah Marun)
               dan Ibu Dewanti Rumpoko - Istri Bapak Walikota Batu Edy Rumpoko (Baju Putih)

          “Tari Sanduk”, dari namanya mungkin beberapa dari anda pernah mendengar kata ini, atau bahkan belum pernah sama sekali. Tarian sanduk merupakan tari tradisional khas pulau Madura, yang biasanya dilakukan pada saat sebelum pelaksanaan kerapan sapi. Tari Sanduk tidak hanya cocok ditampilkan pada selamatan desa atau Hari Kemerdekaan, tapi juga dapat menghibur pengunjung hotel dan restoran. Menurut Ketua Umum Sanduk Kota Batu, Kathrina Dian, Tari Sanduk merupakan budaya tradisional dan harus dijaga. Ibu Kathrina menjelaskan juga, geliat Tari Sanduk mulai terasa di Kota Batu sejak tahun 2009, Saat itu, baru beberapa kelompok yang aktif menari saat kegiatan desa. Selain menjadi kegiatan desa, ternyata ada beberapa Sekolah dasar yang mengadakan muatan lokal Tari Sanduk. source : Click here

          Sebegitu terkenalnya Tari Sanduk dan karena sudah menjadi icon kota batu, membuat pemerintah kota batu ingin mengadakan Tari Sanduk berjamaah, yang dikemas dalam Gebyar Sanduk 2015. Acara ini dilaksanakan di tanggal hari Rabu, 21 Oktober 2015, mulai setengah satu siang hingga empat sore. Untuk jumlah peserta sendiri, secara undangan ada 106 kelompok, terbagi atas  80 undangan dari Kota Malang dan Kabupaten,  26 lainnya untuk Kota Batu. Masing - masing grup beranggotakan 30 orang. Terbayang kan bagaimana ramainya Jalan Sultan Agung Kota Batu pada saat itu? Tapi sebenarnya yang mengejutkan, yang datang dari perwakilan daerah ada beberapa yang membawa lebih dari 1 tim. Sebut saja tim dari Desa Tumpang dan Poncokusumo yang membawa lebih dari empat tim! Selain dari Tumpang dan Poncokusumo, Peserta paling jauh datang dari Tirtoyudho, sebuah daerah perbatasan kabupaten malang dan lumajang, juga dari kawasan pesisir kabupaten malang. Wow! Banyak sekali pesertanya! memang betul ! Di tahun 2014 jumlah pesertanya tidak sebanyak tahun ini. 

           Tari Sanduk dikenal dengan berbagai nama di Indonesia, Warga Kota Batu misalnya, mengenal tarian ini dengan tari sanduk, berbeda dengan Warga Kota Malang, tarian ini dikenal dengan sakera marlena. Makanya, ada bapak bapak menggunakan baju Sakera bernuansa putih-merah-hitam, dan ibu2 yang mengenakan pakaian adat jawa nan cantik. Jika ingin melihat gabungan lelaki sangar dan wanita anggun yang menari bersamaan, sepertinya anda harus datang ke event tari sanduk. Ditambah lagi, generasi muda kita juga sudah ada yang bisa menari Sanduk, akan membuat anda ingin menari bersamanya.
                                     Si Kecil yang lincah menari Sanduk

          Acara Gebyar Tari Sanduk 2015 diawali dengan Pawai mengitari jalan kembar sultan agung kota batu. Seluruh peserta berjalan mengitari salah satu jalan protokol kota batu ini, dengan menari sanduk dalam berbagai gerakan, tidak sedikit juga yang melakukan atraksi tambahan seperti bermain parang atau berpura pura kesurupan di depan panggung utama. Dalam aksi menari bersama ini, tak luput juga, Bapak Wakil Walikota Batu, Punjul Santoso dan Istri Walikota Batu, Dewanti Rumpoko, ikut menari bersama dalam rombongan sanduk ini. Keduanya seakan menikmati keceriaan kehadiran umur baru kota batu. Selain beliau berdua, hadir pula Ketua Umum Sanduk Kota Batu, Kathrina Dian, yang sempat juga menjadi instruktur tari sanduk. Saat sedang menari bersama sama, ternyata banyak juga bapak bapak peserta, terutama dari luar kota batu yang menari namun tidak mengenakan sandal ditengah teriknya matahari dan berjalan di aspal. Sepertinya karena terlalu bersemangat, rasa panas di aspal pun sampai tidak terasa.
                                  Para Sakera menari Sanduk anpa alas kaki

          Setelah selesai menari dan mengelilingi jalan sultan agung, seluruh tamu mendengarkan pidato sambutan dari Bapak Wakil Walikota Batu, Punjul Santoso. Konten dari pidato tersebut, berisi tentang ajakan untuk tetap melestarikan budaya Indonesia, salah satunya  melalui tari sanduk ini. Tidak lupa pula bapak Punjul mengajak seluruh tamu undangan meneriakkan jargon sanduk, Salam Sanduk, pokoke joget! Tidak berhenti disitu, setelah mendengarkan pidato, beramai ramai peserta melakukan tari kolosal yang dipimpin oleh Ibu Kathrina Dian dan beberapa instruktur lainnya.
             Peserta Tari Sanduk menari bersama instruktur dan Ketua Umum Sanduk Kota Batu.

           Sudah cukup mengenal tari sanduk yang sangat terkenal di Kota Batu? Ayo kita lestarikan budaya Indonesia! dan nantikan event besar lainnya dari kota batu. Selamat ulang tahun Kota Batu! dan salam sanduk, pokoke joget!
 

Rabu, 14 Oktober 2015

Tabrak Warna? Apaan tuh?

          Banyak dari kita yang sedari kecil hobi sekali menggambar atau mewarna. Menuangkan makna dalam sebuah gambar berwarna. Sebelum bisa menulis, pernah kan mainan bolpoin dan corat coret kertas kerjaan Bapak/Ibu kalian? Saya yakin hampir semua anak kecil, termasuk kita dulu pernah melakukannya (meskipun bukan di kerja orangtua). Kalau mewarnai? pasti juga pernah! Mewarnai gambar waktu TK, bermain cat dengan tangan, atau menggambar pelangi di kertas gambar. Dulu sih, Bu Guru bilangnya warna pelangi ada MeJiKuHiBiNiU - Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu. Tapi faktanya, warna pelangi itu adalah seluruh warna yang ada di seluruh dunia. Hanya saja kemampuan mata kita dalam menangkap warna dan mendeskripsikan warna terbatas. Gitu sih dari sebuah buku yang pernah saya baca (saya lupa nama bukunya, hehe).

Lalu, sekarang saya mau bertanya kepada anda.

"Tahun berapa anda terakhir bermain warna? atau mewarnai sebuah gambar?"

Hayoooo... masih ingat ga ya?

            Kalau saya sih, paling ingat terakhir waktu SMA kelas 1. Mata pelajaran biologi kelas 1 diharuskan untuk mewarnai objek yang sedang dibahas. Amoeba, Bunga, Hewan dan lain sebagainya. Tujuannya untuk mempermudah untuk mengingat bagian bagian penting dalam biologi. Dan sekarang saya jadi ingin mewarnai sesuatu.

Mungkin sebagian dari anda berfikir,

"Kangen sih sebenarnya bisa mewarna lagi, tapi gengsi sama yang muda."

"Pengen sih mewarna, tapi apa masih bisa bagus?"

"Pengen sih mewarnai lagi, tapi ga ada waktu buat mainan warna lagi."

hmm... kalau memang seperti itu, sepertinya anda harus tahu komunitas TABRAK WARNA ! apa itu?

             Komunitas Tabrak Warna merupakan komunitas pertama di Indonesia yang beranggotakan orang dewasa penyuka aktivitas mewarnai. Di komunitas ini, orang dewasa diajak melakukan kegiatan mewarnai pola gambar lazimnya dilakukan oleh anak-anak kecil. Mereka diberi kesempatan untuk mengenang dan mengobati kerinduan akan masa kecilnya yang senang mewarnai gambar.
( Source : http://gaya.tempo.co/read/news/2015/09/28/108704480/komunitas-ini-ajak-orang-dewasa-bermain-tabrak-warna )


               Sepertinya seru ya? Seru banget! Di beberapa kota sudah ada yang membangun perpanjangan komunitas TABRAK WARNA, di Kota Malang misalnya. Kalau di Kota ini, terbentuknya tabrak warna masih terbilang baru. Saat saya menulis postingan ini, masih 3 minggu berjalan komunitas Tabrak Warna Malang. Tapi jangan ditanya tentang aktivitas dan keseruannya. Bahkan mereka sudah bisa membantu korban bencana kebakaran hutan lho! Caranya dengan mengajak masyarakat berdonasi warna.Warga yang ingin membantu, cukup menyumbangkan minimal 10ribu saja, dan akan mendapatkan wooden keychain (gantungan kunci kayu) yang bisa diwarnai dan dibawa pulang.

Lengkapnya boleh intip deh artikel dari sebuah media cetak di Kota Malang.
http://suryamalang.tribunnews.com/2015/10/11/keranjingan-hobi-baru-buku-mewarna-buat-orang-dewasa

               Dari sebuah cerita, katanya komunitas ini berdiri, setelah terbit buku berjudul My Own World, yang disusun oleh Tria dan Khalezza. Ini adalah buku mewarnai untuk dewasa yang diklaim sebagai yang pertama di Indonesia.

Penampakan Buku "My Own World" - MOW (kiri vol.1 dan kanan vol. 2)


Sedikit berbeda dengan mewarnai untuk anak anak. Buku ini berisi gambar gambar yang lebih detail dan rumit, memaksa pejuang mewarna agar lebih kreatif. Untuk sekarang buku ini cukup langka, karena peminat banyak, tapi buku belum banyak ditemukan atau Sold out. Untuk itu di Komunitas Tabrak Warna Malang juga menyediakan buku ini, untuk memfasilitasi yang ingin menggambar.

Kepo sama komunitas ini?
boleh kok ikuti akun Twitternya di @tabrak_warna || Instagram @tabrak_warna atau @tabrakwarna_mlg

Sneak Peak !





Jumat, 25 September 2015

Alzheimer yang bikin LUKITA (Lupa Kelakuan Kita)

Dementia Alzheimer !

Alzheimer adalah merupakan bentuk kepikunan akibat degenerasi primer otak yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir, daya ingat, dan fungsi bahasa.
Penemu penyakit  ini adalah dr. Aloysius (Alois) Alzheimer, seorang psikolog yang pernah menerbitkan kasus pertamanya demensia presenile.

Bulan September dikenal sebagai bulan Dementia Alzheimer di dunia. Bahkan banyak negara yang mendukung campaign di negara masing masing. Negara Indonesia pun tidak ketinggalan, di tahun 2015 ini Monas sebagai simbol indonesia pun, menjadi berwarna ungu di sepanjang bulan September.
(Source : monas ungu )

Penyakit Alzheimer termasuk dalam penyakit mematikan nomor 4 besar di dunia, yang hingga kini belum ada obatnya. Tapi banyak cara untuk mencegahnya lebih parah. Perlu diketahui bahwa Alzheimer saat ini tidak hanya menyerang lanjut usia. Pemuda pun bisa kena Alzheimer. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah Alzheimer :
1. Konsumsi fastfood maksimal 1x dalam 1 bulan.
2. Minum air putih 8 gelas atau setara 2 liter sehari.
3. Olahraga rutin
4. Pilih tangga daripada elevator/lift
5. Minuman manis maksimal 2x sehari
6. Pilih dark chocolate bukan coklat biasa
7. Makan sate tanpa lemak
8. Makan makanan tinggi serat ( sayur buah)
9. Membiasakan menulis untuk mengingat sesuatu.
10. Jangan lupa bahagia. Imbangi kerja dan hiburan.

                                       Perbanyak melakukan aktivitas olahraga

                          Pilih Sayuran atau buah untuk disantap, jangan hanya daging

                                Pilih tangga untuk menuju ke atas, daripada eskalator

Berita baik lainnya, selain bisa melakukan pencegahan alzheimer, dalam sebuah artikel, ada seorang pemuda menemukan alat pendeteksi penyakit Alzheimer. Krtin Nithiyanandam, seorang penemu alat pendeteksi penyakit alzheimer yang juga seorang tunaungu.

Penyakit Alzheimer membunuh lebih banyak orang setiap tahun daripada kanker payudara dan kanker prostat, dan Alzheimer juga dianggap sebagai salah satu tantangan medis terbesar di abad ke-21. Semoga saja alat ini bisa dimanfaatkan oleh semua umat manusia.
(Source: deteksi alzheimer )

Itulah sekilas tentang Alzheimer. Nah, saatnya sekarang kita bertindak! Lakukan hidup sehat, ingatkan orang terdekat kita, dan yang pasti JANGAN MAKLUM DENGAN PIKUN. 😊